"Tujuan dari propaganda modern
adalah tidak lagi mengubah opini,
tetapi membangunkan sebuah kepercayaan yang aktif
terhadap mitos"

(Jacques Ellul)

Rabu, 26 Januari 2011

Review dari tema Kuliah Kedua SKP 2011 :


Review dari tema Kuliah Kedua SKP 2011 :
“Ketika Kemiskinan Menjadi Hiburan (Kemiskinan Dalam Nalar Modern)” :

Pertama, kemiskinan saat ini bukan “menjadi” hibur...an lagi, tapi telah “dijadikan” hiburan. Kemiskinan bukan hanya diciptakan, tapi direduksi sampai pada tahap yang sangat dangkal ; pada permainan tanda verbal – visual. Kemiskinan direduksi sebagai tanda yang memiliki nilai tukar (nilai tukar tanda). Komodofikasi kemiskinan lebih berbasis pada tanda, karena yang dijual adalah tayangan (reality show yang “artis”-nya adalah orang – orang miskin). Kemiskinan yang dijadikan komodifikasi ini menjadi bagian dari trend nalar modernis saat ini.

Kedua, kemiskinan menurut pandangan Paulo Freire ada 3, paradigma konservatif melihat bahwa kemiskinan sebagai sebuah takdir. Paradigma liberal melihat bahwa kemiskinan terjadi karena orang – orang malas bekerja. Paradigma kritis melihat kemiskinan ada karena sistem yang tidak beres dalam negara.

Ketiga, data tentang kemiskinan yang dilansir dengan data – data statistik menunjukkan bahwa itu dibuat berdasarkan kepentingan dan angka – angka itu dibuat di perpustakaan menggunakan metodologi statistik. Kemiskinan menjadi subyektif ketika hadir di ruang – ruang politik. Sesungguhnya angka – angka itu merupakan mitos dan sering “menipu” hingga terjadi dehumanisasi

Keempat, kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang muncul bukan karena ketidakmampuan si miskin untuk bekerja (malas), melainkan karena ketidakmampuan sistem dan struktur soail dalam menyediakan kesempatan – kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja. Struktur sosial tersebut tidak mampu menghubungkan masyarakat dengan sumber – sumber yang tersedia, baik yang disediakan alam, pemerintah maupun masyarakat yang ada di sekitarnya.

Kelima, “penanganan kemiskinan” dengan cara “instan” seperti BLT, pemberian zakat malah menimbulkan kecemburuan dan kesenjangan. Belum lagi masalah pembagian yang tidak manusiawi dan rawannya praktek – praktek korupsi dalam setiap program pengentasan kemiskinan. Menjadi semakin kusut dengan masalah yang timbul pasca bantuan tersebut diberikan, karena tidak akan serta merta menyelesaikan problem yang ada.

Keenam, sangat ironis ketika menuduh masyarakat mempunyai mental yang lemah, atau malas karena masalah mentalitas juga tidak terlepas dari perspektif dan definisi tentang kemiskinan. Kita tidak bisa dengan seenaknya mengkategorisasikan masyarakat kita, bagaimanapun makhluk hidup mempunyai cara / mekanisme untuk mepertahankan hidupnya, ada legitimasi – legitimasi budaya yang membuat mereka bertahan.

Ketujuh, mahasiswa tidak cukup sebagai pengontrol, tidak cukup gerakan mahasiswa hanya sebagai gerakan moral, tapi juga menjadi gerakan politis, kita harus menjadi kepala dan menentukan seperti apa wajah sistem ini ke depan.

Kedelapan, Isu kemanusiaan salah satunya kemiskinan bisa ditinjau dari landasan teologis dengan mulai pada pengenalan jati diri kita sebagai manusia. Kembali pada siapa aku dan akan kemana aku ? hal – hal ini dirumuskan dalam HAM, dan melihat apa yang saya perjuangkan. Secara tidak sadar apa yang kita lakukan banyak merugikan orang lain, jika kita tidak tahan pada “godaan” kekuasaan, kehormatan dan kekayaan. Spiritualitas ini untuk menjaga agar manusia tidak lalai dengan manusia lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar